Dipenghujung tahun, biasanya aku bakal membahas tentang pencapaian tahun ini dan rencana di tahun berikutnya. Namun berbeda dengan tahun 2020. Terlalu berat untuk menuliskan detail perasaan yang aku rasakan tentang tahun keramat ini. Tahun yang berkesan untuk hampir semua umat manusia. Tahun yang penuh mimpi buruk bagi banyak orang karena pandemi menyerang bumi.
Nah, dalam kolaborasi aku bareng temen-temen Bandung Hijab Blogger yang bertema Thank You 2020, aku ingin menuliskan tentang pelajaran berharga yang aku dapetin di tahun ini. Sebelumnya aku minta maaf kalo ada yang ga sreg sama tulisan aku ini ya. Karna ini murni pendapat aku yang mungkin berbeda sama pembaca.
Pelajaran Berharga di tahun 2020
1. Keikhlasan
Di 2020, aku belajar banyak tentang keikhlasan. Untuk aku pribadi, aku akhirnya harus merelakan Kreasidya_Souvenir, bisnis yang aku rintis sejak 2011 untuk tutup sementara. Berat memang untuk akhirnya mengambil keputusan ini. Tapi, situasi pandemi yang menyebabkan batalnya beberapa orderan pesanan yang sudah masuk membuat aku harus ikhlas.
Malu rasanya untuk aku mengeluh disaat banyak orang yang lebih sulit dari aku. Aku hanya harus menutup salah satu pundi rupiah aku, sedangkan banyak orang lain disekitarku yang harus kehilangan pekerjaan ataupun sumber penghasilan lainnya. Ikhlas dan bersyukur atas apa yang masih aku punya adalah cara termudah untuk aku tetap merasa bahagia di masa sesulit ini.
2. Quality Time bersama Keluarga
Di bulan Maret hingga Juni, kantor aku menerapkan sistem kerja dari rumah (WFH). Pada awalnya, aku merasa sangat senang karena dapat menghabiskan waktu 24 jam bersama keluarga cemaraku. Rutinitas pun berubah dan keseharianku ga jauh-jauh dari meja kerja, dapur dan bermain bersama anak-anak.
Tantangan dimulai setelah dua minggu pertama menjalani WFH. Tuntutan pekerjaan semakin berat. Task menumpuk dan schedule-schedule meeting mulai berdatangan. Anak-anak masih terlalu kecil untuk mengerti bahwa bundanya dirumah tapi tetap harus bekerja. Berkali-kali aku gagal join meeting karena Dejas ga bisa lepas dari aku. Pekerjaan aku pun mulai ada yang delay. Sampai akhirnya aku berfikir untuk memperbaiki sistem kerja dan peran aku sebagai istri dan ibu diwaktu yang sama.
Akhirnya aku mencoba untuk mengatur waktu sedemikian rupa agar kewajiban aku dengan segala peran ini semuanya bisa terpenuhi walaupun belum tentu sempurna. Aku memberikan pengertian ke anak-anak untuk memberikan ruang untuk aku bekerja sekian jam dirumah. Tapi, segala kebutuhan anak-anak harus sudah aku penuhi. Aku juga meluangkan waktu lebih lama untuk quality time bersama keluarga tanpa bersinggungan dengan pekerjaan sama sekali. Dan yang terpenting, kami sekeluarga harus sama-sama bahagia.
3. Slow Living
Sebenernya sudah cukup lama aku membaca buku SLOW dari GREATMIND. Banyak hal yang aku dapatkan dan pelajari dari buku ini. Namun, tidak ada satupun yang bisa aku terapkan di hidup aku. Terlalu bertolak belakang dengan keadaan aku saat itu.
Namun pandemi memberikan hikmah tersendiri buat aku. Dirumah saja dengan aktifitas yang jauh berkurang dari biasanya membuat aku dapat mempelajari tentang Slow Living lebih dalam. Aku memang belum bisa menerapkannya secara langsung di kehidupan aku. tapi ada hal yang akhirnya aku yakini dan menginspirasi diri aku sendiri.
Karena hidup berjalan bukan berlari, apa salahnya sesekali menghabiskan akhir pekan dengan lebih santai? Seperti dengan membatasi penggunaan telepon genggam untuk sementara waktu, menghabiskan hari bersama orang terdekat, dan melakukan hal-hal yang menenangkan hati beserta pikiran. - Slow. Greatmind.
4. Kemanusiaan yang Diuji
Hufffttttt tarik nafas panjang dulu untuk nulis poin ini. Sebenernya ini adalah uneg-uneg aku saat melihat fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar aku saat ini.
Pandemi memang membuat banyak orang terpuruk. Banyak orang menjadi susah ataupun lebih susah dari biasanya. Namun banyak juga orang yang masih bisa dibilang mampu, tapi merasa dirinya paling susah dan akhirnya memikirkan kepentingan sendiri saja.
Aku ga ngomongin tentang korupsi bantuan sosial yang memang sudah terungkap ya...malessss bahasnya juga. Namun, sadarkah kita kalo dengan kondisi sulit ini kemanusiaan kita sedang diuji?
Saat ada orang yang lebih susah dari kita membutuhkan bantuan, apa yang ada dikepala kita?
"Bantu ah, aku lebih beruntung dari dia".
Atau
"Ah, aku harus simpen dulu apa yang aku punya".
Lalu kita lebih memilih "menyimpan" yang kita punya dan membiarkan orang lain kelaparan.
Atau saat pemerintah sedang gencar menggelontorkan bantuan, masih ada orang sekitar kita yang mengejar bantuan untuk pekerja tapi juga mendaftarkan diri di program prakerja. Untungnya validasi sistem BLT sekarang sudah sangat baik ya. Mungkin mereka yang berlaku seperti ini berfikiran "karena kebutuhan" atau "kesempatan". Tapi padahal banyak orang lain yang lebih pantas mendapatkan bantuan tersebut.
Menurut aku, bukan soal kebutuhan ataupun kesempatan, tapi segimana kita bisa bersyukur atas kondisi kita saat ini. Kebutuhan setiap orang pasti berbeda ya. Ada orang yang merasa susah saat "ga bisa beli kopi yang fancy", ada yang merasa susah saat "ga punya paket data", dan ada yang merasa susah setelah benar-benar ga punya apapun untuk dimakan keluarganya.
Dan aku kesel banget saat ada orang sekitar aku yang merasa susah padahal masih punya penghasilan bulanan, masih ada tempat berlindung, masih ada keluarga untuk ngadu dan masih bisa lenggak lenggok sehat disaat semakin banyaknya korban covid19.
Sebenernya ini juga jadi pengingat untuk diri aku sendiri. Untuk tetap ingat peran manusia yg sejatinya sebagai Makhluk Sosial.
Kalo kamu? Apa yang bisa kamu pelajari dari 2020?
#collabwithBHB #bandunghijabblogger